Penulis: Pekik Bayumukti Utomo | Editor: Edi Kusumawati
Anak-anak ini adalah sedikit kisah dari Pulau Dewata. Ini adalah kisah pertempuran antara kebaikan dan kejahatan.
Di sebuah desa bernama Desa Dirah/Girah di Kerajaan Kediri, hiduplah seorang penyihir yang bernama Dayu Datu. Dayu Datu adalah penyihir yang sangat sakti. Ia adalah penguasa Desa Dirah. Dayu Datu adalah penyihir kerajaan Kediri.
Dayu Datu mempunyai anak yang sangat cantik yang bernama Diah Ratna Mengali. Walaupun cantik namun tidak banyak pemuda yang berminat melamarnya karena mereka tahu bahwa ibunya Dayu Datu merupakan penyihir ilmu hitam di Kerajaan Kediri.
Diah Ratna Mengali ketika berjalan di jalan pedesaan bertemu dengan Si Brewok. Si Brewok adalah pemuda pemabuk di desa ini. Dia sangat suka menghina orang dan menjelek-jelekan orang. Ia menghina Diah Ratna Mengali bisa Leak (melakukan ilmu hitam) sama seperti ibunya.
“Kalau ibunya penyihir pasti anaknya bisa sihir juga, dasar penyihir!” hina Si Brewok kepada Diah Ratna Mengali diikuti tawa para pemuda-pemuda desa Dirah. Mendengar anaknya di jelek-jelekkan, Dayu Datu tidak terima. Ia merasa terhina dan marah besar.
Dayu Datu kemudian memanggil murid-muridnya untuk menyebarkan penyakit di Desa Dirah. Pada malam hari dengan ilmu hitamnya, Dayu Datu dan murid-muridnya berubah menjadi Leak (setan) dan mengganggu seisi desa di Kerajaan Kediri.
Banyak rakyat yang meninggal karena gangguan Leak Dayu Datu dan murid-muridnya termasuk si Brewok yang menghina anaknya.
Mendengar rakyatnya banyak yang meninggal karena penyakit yang disebarkan Leak, Raja Airlangga kemudian memerintahkan kepada Panglima untuk melawan Dayu Datu dan pasukan Leaknya.
Kemudian Panglima segera menuju ke Desa Dirah dan bertempur melawan Dayu Datu. Pada malam harinya terjadi pertempuran yang sangat sengit antara pasukan Leak dengan pasukan Kerajaan Kediri. Pada pertempuran tersebut Panglima berubah menjadi Barong.
Barong kemudian melawan Leak. Barong tidak bisa melawan Leak yang ilmunya lebih tinggi kemudian Barong pun kalah.
Mendengar Panglima kalah, Raja Airlangga berpikir keras untuk menumpas kawanan Leak yang telah membuat banyak rakyatnya meninggal.
Ia kemudian memanggil Bagawanta Kerajaan (pemuka agama), yaitu Empu Bharadah untuk memikirkan siasat melawan Dayu Datu dan pasukan ilmu hitamnya. Empu Bharadah kemudian mengirim anaknya Empu Bahula untuk berpura-pura menikahi Diah Ratna Mengali.
Empu Bahula bertugas untuk mencuri buku sakti milik Dayu Datu. Di buku itu terdapat rahasia mengenai Leak dan cara mengalahkannya.
Pada awalnya Dayu Datu tidak curiga dengan Empu Bahula karena Empu Bahula dan anaknya saling mencintai. Akan tetapi ternyata Empu Bahula juga mengemban tugas untuk mengambil buku sakti milik Dayu Datu.
Merasa dirinya telah di tipu oleh Empu Bharadah, Dayu Datu menantang Empu Bharadah untuk bertempur di Sentra Ganda Mayu (areal kuburan yang sangat luas di Kerajaan Kediri).
Di Sentra Ganda Mayu kekuatan Dayu Datu dan pasukan Leaknya sangat tinggi. Dayu Datu dan pasukan Leaknya dapat berubah wujud menjadi makhluk-makhluk menyeramkan yang dapat mengeluarkan bola-bola api.
Empu Bharadah yang di tantang juga memperiapkan diri dengan panah sakti dan didampingi oleh pasukan Balayuda kiriman Raja Airlangga.
Di kuburan luas (Sentra Ganda Mayu) terjadilah pertempuran besar. Petir dan kilat saling menyambar di Sentra Ganda Mayu. Pasukan Leak melawan pasukan Balayuda. Bola api menyambar silih berganti dan tidak sedikit pasukan yang gugur. Pertempuran tersebut sangat lama hingga berlangsung sampai pagi menjelang. Oleh karena kekuatan Leak hanya kuat pada malam hari kemudian pasukan Leak Dayu Datu terdesak oleh pasukan Balayuda dan Empu Bharadah dari Kerajaan Kediri.
Dayu Datu yang telah terdesak kemudian mengeluarkan kesaktiannya. Ia berubah menjadi burung garuda berbulu emas dan kemudian melesat ke atas awan bersembunyi di balik awan.
Empu Bharadah kemudian melesatkan anak panah dari panah saktinya untuk membunuh Dayu Datu yang melesat ke atas awan.
Akhirnya setelah tertusuk panah sakti dari Empu Bharadah, Dayu Datu
kemudian meninggal dunia dalam pertempuran. Akhirnya penyakit yang
disebarkan di Kerajaan Kediri seketika hilang. Rakyat Kediri pun kembali
hidup tentram dan damai.
Demikianlah anak-anak cerita singkat yang dapat saya sampaikan. Mudah-mudahan kita dapat mengambil hikmah dari kisah diatas. Dan jangan suka menghina seperti Si Brewok hingga membuat Dayu Datu marah besar.
Anak-anak ini adalah sedikit kisah dari Pulau Dewata. Ini adalah kisah pertempuran antara kebaikan dan kejahatan.
Di sebuah desa bernama Desa Dirah/Girah di Kerajaan Kediri, hiduplah seorang penyihir yang bernama Dayu Datu. Dayu Datu adalah penyihir yang sangat sakti. Ia adalah penguasa Desa Dirah. Dayu Datu adalah penyihir kerajaan Kediri.
Dayu Datu mempunyai anak yang sangat cantik yang bernama Diah Ratna Mengali. Walaupun cantik namun tidak banyak pemuda yang berminat melamarnya karena mereka tahu bahwa ibunya Dayu Datu merupakan penyihir ilmu hitam di Kerajaan Kediri.
Diah Ratna Mengali ketika berjalan di jalan pedesaan bertemu dengan Si Brewok. Si Brewok adalah pemuda pemabuk di desa ini. Dia sangat suka menghina orang dan menjelek-jelekan orang. Ia menghina Diah Ratna Mengali bisa Leak (melakukan ilmu hitam) sama seperti ibunya.
“Kalau ibunya penyihir pasti anaknya bisa sihir juga, dasar penyihir!” hina Si Brewok kepada Diah Ratna Mengali diikuti tawa para pemuda-pemuda desa Dirah. Mendengar anaknya di jelek-jelekkan, Dayu Datu tidak terima. Ia merasa terhina dan marah besar.
Dayu Datu kemudian memanggil murid-muridnya untuk menyebarkan penyakit di Desa Dirah. Pada malam hari dengan ilmu hitamnya, Dayu Datu dan murid-muridnya berubah menjadi Leak (setan) dan mengganggu seisi desa di Kerajaan Kediri.
Banyak rakyat yang meninggal karena gangguan Leak Dayu Datu dan murid-muridnya termasuk si Brewok yang menghina anaknya.
Mendengar rakyatnya banyak yang meninggal karena penyakit yang disebarkan Leak, Raja Airlangga kemudian memerintahkan kepada Panglima untuk melawan Dayu Datu dan pasukan Leaknya.
Kemudian Panglima segera menuju ke Desa Dirah dan bertempur melawan Dayu Datu. Pada malam harinya terjadi pertempuran yang sangat sengit antara pasukan Leak dengan pasukan Kerajaan Kediri. Pada pertempuran tersebut Panglima berubah menjadi Barong.
Barong kemudian melawan Leak. Barong tidak bisa melawan Leak yang ilmunya lebih tinggi kemudian Barong pun kalah.
Mendengar Panglima kalah, Raja Airlangga berpikir keras untuk menumpas kawanan Leak yang telah membuat banyak rakyatnya meninggal.
Ia kemudian memanggil Bagawanta Kerajaan (pemuka agama), yaitu Empu Bharadah untuk memikirkan siasat melawan Dayu Datu dan pasukan ilmu hitamnya. Empu Bharadah kemudian mengirim anaknya Empu Bahula untuk berpura-pura menikahi Diah Ratna Mengali.
Empu Bahula bertugas untuk mencuri buku sakti milik Dayu Datu. Di buku itu terdapat rahasia mengenai Leak dan cara mengalahkannya.
Pada awalnya Dayu Datu tidak curiga dengan Empu Bahula karena Empu Bahula dan anaknya saling mencintai. Akan tetapi ternyata Empu Bahula juga mengemban tugas untuk mengambil buku sakti milik Dayu Datu.
Merasa dirinya telah di tipu oleh Empu Bharadah, Dayu Datu menantang Empu Bharadah untuk bertempur di Sentra Ganda Mayu (areal kuburan yang sangat luas di Kerajaan Kediri).
Di Sentra Ganda Mayu kekuatan Dayu Datu dan pasukan Leaknya sangat tinggi. Dayu Datu dan pasukan Leaknya dapat berubah wujud menjadi makhluk-makhluk menyeramkan yang dapat mengeluarkan bola-bola api.
Empu Bharadah yang di tantang juga memperiapkan diri dengan panah sakti dan didampingi oleh pasukan Balayuda kiriman Raja Airlangga.
Di kuburan luas (Sentra Ganda Mayu) terjadilah pertempuran besar. Petir dan kilat saling menyambar di Sentra Ganda Mayu. Pasukan Leak melawan pasukan Balayuda. Bola api menyambar silih berganti dan tidak sedikit pasukan yang gugur. Pertempuran tersebut sangat lama hingga berlangsung sampai pagi menjelang. Oleh karena kekuatan Leak hanya kuat pada malam hari kemudian pasukan Leak Dayu Datu terdesak oleh pasukan Balayuda dan Empu Bharadah dari Kerajaan Kediri.
Dayu Datu yang telah terdesak kemudian mengeluarkan kesaktiannya. Ia berubah menjadi burung garuda berbulu emas dan kemudian melesat ke atas awan bersembunyi di balik awan.
Empu Bharadah kemudian melesatkan anak panah dari panah saktinya untuk membunuh Dayu Datu yang melesat ke atas awan.
Demikianlah anak-anak cerita singkat yang dapat saya sampaikan. Mudah-mudahan kita dapat mengambil hikmah dari kisah diatas. Dan jangan suka menghina seperti Si Brewok hingga membuat Dayu Datu marah besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar